Tanamanindonesia – Pasar ekspor hortikultura menggeliat seiring meningkatnya performa ekspor buah, sayur, dan tanaman obat Indonesia ke pasar internasional. Pada semester pertama 2025, nilai ekspor hortikultura nasional mencapai USD 3,39 miliar atau sekitar Rp 55 triliun. Capaian ini menunjukkan lonjakan signifikan sekitar 49 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kinerja ini tidak hanya mencerminkan kekuatan sektor pertanian Indonesia, tetapi juga potensi besar hortikultura sebagai pilar baru dalam ekspor nonmigas.
Lonjakan ekspor ini menjadi bukti bahwa komoditas hortikultura, yang dulunya kurang di perhitungkan dalam peta ekspor nasional, kini mulai mendapatkan tempat terhormat. Buah tropis seperti manggis, nanas, dan pisang. Serta sayuran segar dan tanaman herbal seperti jahe dan kunyit, menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan ekspor tersebut. Negara tujuan utama antara lain China, Uni Emirat Arab, Belanda, dan Jepang.
Dorongan Ekspor dari Permintaan Global yang Menguat
Kondisi ini tidak lepas dari tingginya permintaan global terhadap produk hortikultura tropis yang dinilai lebih sehat dan bernilai gizi tinggi. Selain itu, kesadaran konsumen global terhadap produk organik dan alami turut mendongkrak permintaan terhadap tanaman obat dan sayur segar dari Indonesia. Pasar ekspor hortikultura menggeliat karena Indonesia mampu memanfaatkan momentum ini, meskipun tantangan standar mutu dan logistik masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.
“DIY Pot Gantung dari Macrame: Kreatif dan Fungsional”
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga aktif mendorong peningkatan ekspor melalui program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Program ini mengedepankan peningkatan produktivitas, kualitas, dan konektivitas pasar bagi petani hortikultura lokal. Penguatan infrastruktur pertanian, digitalisasi distribusi, serta kemitraan dengan pelaku usaha ekspor juga menjadi kunci keberhasilan lonjakan ekspor ini.
Tantangan dan Peluang di Tengah Ketatnya Persaingan Global
Meski pasar ekspor hortikultura menggeliat, tantangan tidak sedikit. Standar fitosanitasi negara tujuan, sertifikasi organik, dan stabilitas pasokan menjadi isu utama yang harus di hadapi oleh pelaku usaha di sektor ini. Selain itu, efisiensi logistik, mulai dari pascapanen hingga pengiriman, harus di tingkatkan agar produk hortikultura Indonesia mampu bersaing dari segi harga dan kualitas.
Namun di balik tantangan itu, peluang yang terbuka sangat besar. Dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan potensi iklim tropis, Indonesia punya modal kuat untuk memperluas pangsa pasar hortikultura global. Investasi di bidang pengolahan, branding produk hortikultura lokal. Serta pemanfaatan teknologi pertanian presisi akan menjadi penentu apakah Indonesia hanya jadi eksportir bahan mentah, atau naik kelas sebagai pemain utama dalam rantai pasok hortikultura dunia.
Sebagai penutup, keberhasilan semester awal 2025 menjadi sinyal kuat bahwa pasar ekspor hortikultura menggeliat bukan sekadar tren sesaat. Bila di kelola secara strategis dan berkelanjutan, Indonesia bisa menjadikan hortikultura sebagai komoditas unggulan yang bukan hanya menyejahterakan petani, tapi juga mengangkat citra pertanian Indonesia di mata dunia.